TikTok dan Teori Algoritma yang Dapat Mengancam Perekonomian, Politik hingga Keamanan Data di Sejumlah Negara

 


Halooo Sobat Simfoni! Tajuk "Tech" kita kali ini membahas TikTok yang mengubah wajah internet menjadi suatu fenomena kebudayaan yang memiliki algoritma yang bekerja dengan luar biasa. Sudah menjadi Pro-Kontra akan adanya hal berikut.

TikTok mengkalim misinya untuk "menginspirasi kreativitas dan membawa kegembiraan", namun cara kerja TikTok justru berisiko menyesatkan cara generasi muda melihat dunia.

Secara otomatis TikTok akan mengumpulkan data lokasi, gender, umur dan lebih kontroversialnya mengenai data wajah kita.

Semakin sering kita memberi like pada sebuah video, menjadi follower akun tertentu, atau menonton video TikTok tertentu, maka semakin banyak yang dipelajari algoritma TikTok soal minat kita.

TikTok tidak hanya membeli dan menjual produk melalui e-commerce, tetapi juga menciptakan algoritma yang dapat mengidentifikasi produk terlaris.

Tidak hanya itu, TikTok dicurigai menggunakan algoritma untuk membantu pemasaran tokoh-tokoh politik yang mendapatkan paling banyak perhatian.

Dalam kanal YouTube Nessie Jugde pada 18 Agustus 2023, Nessie menjelaskan bahwa teori tersebut didukung oleh kasus Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" marcos JR merupakan presiden terpilih Filipina 2022 lalu.

Presiden Bongbong adalah anak dari mantan diktator dan koruptor sekalgus presiden ke-10 Filipina Ferdinand Emmanuel Marcos.

Terpilihnya ia menjadi presiden ternyata menjadi diskusi di forum-forum dunia, dimana presiden Bongbong ini diketahui tidak sepadan bahkan kualifikasinya dengan kandidat-kandidat lainnya tidak sesuai, namun Bongbong diketahui mampu mengambil hati dari anak-anak muda.

Diketahui bahwa presiden Bongbong ini sangat terkenal di TikTok, dimana Ia menggunakan algoritma untuk mendorong konten-konten yang menunjukkan sisi terbaik dari dirinya.

Dan akhirnya bisa memanipulasi sistem sampai akhirnya publik percaya bahwa dia adalah kandidat yang terbaik dan harus dipilih.

Tidak hanya itu, saat ini Indonesia sedang berada pada tahap yang mengkhawatirkan terhadap pangsa pasar lokal yang kalah saing dengan market.

Di Indonesia terjadi teori bahwa TikTok menggunaakan algoritma yang dimanipulasi untuk menyokong produk-produk lokal China di seluruh dunia.

ADVERTISEMENT

Sejak awal peluncuran TikTok Shop pihak TikTok Indonesia  telah menentukan untuk tidak membuka bisnis lintas batas atau Cross border di Indonesia, ini berarti seller-seller yang ada di TikTok hanyalah orang Indonesia.

Namun akhir-akhir ini masyarakat mulai sadar bahwa ada beberapa produk kecantikan yang sangat terkenal di TikTok bahkan selalu muncul di live.

Ternyata merupakan produk China, diperkuat dengan algoritma TikTok yang banyak mengedepankan barang-barang buatan China daripada jualan pedangang mikro dan kecil.

Hal yang membuat masyarakat kesal bahwa salah satu produk itersebut mengklaim produk tersebut bukanlah milik China.

Setelah melakukan penelusuran produk tersebut viral di TikTok yang berhasil mematikan produk lokal. Produk lokal kalah saing karena harga produk China yang tidak masuk akal di market Indonesia.

Tidak hanya harga yang tidak masuk akal, ada juga kasus-kasus di mana beberapa seller top Indonesia atau produsen Indonesia itu mengalami shadow ban.

"Ini laporannya sangat menarik, jadi ada satu produsen lokal termasuk top seller di TikTok shop dan mengaku sempat dihubungi pihak platform dari luar negri dan menanyakan produk apa yang dia jual," Ucap Nessi

"Beberapa bulan kemudian tiba-tiba aja jumlah penjualannya langsung menurun drastis dan dia percaya bahwa ia terkena shadow ban," sambungnya

Shadow ban disebut sebagai para calon pembeli tidak dapat melihat produk yang dijual dan terjadi pemutus hubungan pekerjaan secara sepihak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Android dan Perkembangannya dari Dulu hingga Kini

Kali Linux: Pengertian, Sejarah, Kelebihan, Kekurangan & Jenisnya

Mengenal Artificial Intelligence: Teknologi yang akan Mengubah Kehidupan Manusia